Minggu, 29 November 2009

Luka


Pagi itu adalah pagi yang muram. berbagai firasat semalam akhirnya terjadi juga. pagi yang menggetarkan seluruh dadaku, menggoncang " jagad " ketenanganku. Pagi itu demi apa yang aku lihat yang memeramkan bulu kuduk, bukan ngeri, jauh sekali............., bukan ngeri dan sama sekali tidak mengerikan.

Aku melihatnya menangis, setelah terlebih dahulu ia berbisik kepadaku di telefon :
" Akhi.., Bapakku meninggal...."
Sekali lagi, firasat yang semalam seperti mimpi buruk yang menjadi nyata. minpi yang menghantu kecemasan dan mengajakku berkompromi dengan waktu.

Aku melihatnya menangis..., langkahnya adalah langkah gontai yang nyaris hilang tenaga. Setiap seret kakinya adalah kenangan masa lalu yang indah namun ironis, dan aku melihatnya menangis...., dan satu.., dua..., aku menghitung banyak sekali orang menangis pagi ini. Sungguh tidak adil, bisikku. Ini bukannya sensus untuk menghitung jumlah orang yang sedih di pagi muram ini. ini adalah waktu yang harus membagi takdir. Waktu yang mengambil bayang dari pendar cahaya...

Tak kuasa aku menjadi tegar. ya..., setidaknya aku akan berakting menjadi malaikat yang "S O K - T E G A R" sekali lagi...., memeluk, menanangkan dan menentramkan. Meski jika aku benar-benar transparan, maka dia akan benar-benar bisa melihat betapa detak jantungku tak beraturan, betapa aku sekuat tenaga bernafas supaya tetap ada oksigen dalam dsarahku, dan betapa aku berusaha untuk tenang dan tidak ikut menangis.

Tapi.. yang namanya luka akan tetap menjadi luka, takdir sudah menggariskannya,dan waktu telah membaginya. perihnya akan tetap menjadi siksa dan dera. Tidak terkecuali dengan aku. maka dikecepatan seratus kilometer perjam juga aku larikan semua kelu, aku binasakan sesak yang sejak pagi menghantu..., ini penghabisab untuk pagi gelapku.....

Selepas ini aku yakin.., luka akan tetap menjadi luka dan perih akan tetap menjadi dera.., tetapi luka juga bisa sembuh, perih hanya akan terasa sebentar, sertelah itu sel sehat kita akan meregenerasi luka..., memulihkan seperti dulu ( Meski kadang tak sama )

Mungkin itu juga yang sedang berlangsung, sebuah kehilangan pasti akan menemukan gantinya, Tuhan tahu itu. Meski terkadang tidak sama dan tidak sempurna, masih ada sahabat dekat kita, kerluarga yang tetap merindukan senyum kita... igin mendengarkan suara tawa kita, meski terdengar Falles. toh tetap menjadi bahagia....,

Seorang sahabat pasti akan selalu merindukan senyum sahabatnya, biarpun bukan senyum ter indah, namun akan tetap menjadi rindu yang kadang membuat gundah.....
Aku rindu senyum itu...


Dari:
Jomblo Bahagia....